Di tengah persaingan global yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk tidak hanya fokus pada keuntungan finansial, tetapi juga memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dan lingkungan. Corporate Social Responsibility (CSR) telah berevolusi dari sekadar kewajiban formal menjadi strategi integral yang mencerminkan identitas dan nilai-nilai perusahaan. Saya berpendapat bahwa pengintegrasian kearifan lokal dalam hal ini nilai Siri’ na Pacce dalam praktik CSR merupakan salah satu pendekatan inovatif yang tidak hanya memperkuat citra perusahaan, tetapi juga memperkaya interaksi antara bisnis dan komunitas lokal.
Menurut saya, nilai-nilai Siri’ na Pacce seperti empati, kesopanan, keterlibatan sosial, kejujuran, kebersamaan, dan kepedulian lingkungan menawarkan fondasi moral yang sangat relevan dengan tantangan sosial masa kini. Di Paragon Makassar, nilai-nilai ini telah diimplementasikan melalui program-program yang berfokus pada pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, dan pelestarian lingkungan. Saya percaya, pendekatan yang mengedepankan nilai budaya lokal seperti ini bukan hanya mempererat hubungan antara perusahaan dan masyarakat, tetapi juga memberikan dampak positif jangka panjang bagi keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kualitas hidup.
Integrasi nilai lokal dalam CSR dapat dilihat sebagai bentuk adaptasi terhadap teori Triple Bottom Line (TBL) yang menekankan keseimbangan antara keuntungan (profit), kesejahteraan manusia (people), dan keberlanjutan lingkungan (planet) (Wirazilmustaan et al., 2019). Namun, kritik terhadap TBL, seperti yang diungkapkan oleh Winarno & Sawarjuwono (2021), menyoroti kekurangan dalam pengukuran dampak sosial dan lingkungan. Dari sudut pandang saya, memasukkan nilai Siri’ na Pacce ke dalam kerangka CSR memberikan solusi kreatif untuk mengisi celah tersebut, karena nilai-nilai tersebut membawa unsur keaslian dan kemanusiaan yang sulit diukur dengan angka semata.
Misalnya, program pendidikan melalui Nusantara Art Fest dan PARAGON Campus Visit tidak hanya meningkatkan kreativitas dan keterampilan generasi muda, tetapi juga membangun semangat gotong royong dan empati sesuatu yang saya anggap sangat vital di era digital saat ini. Demikian pula, inisiatif kesehatan seperti pola hidup bersih dan sehat menunjukkan bahwa transparansi dan integritas dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap perusahaan, menciptakan kepercayaan yang mendalam.
Lebih lanjut, program pemberdayaan perempuan seperti Emina Beauty Besty Day dan Wardah Beauty Moves Youth membuktikan bahwa ketika perusahaan mengedepankan nilai kebersamaan dan kepedulian sosial, dampak yang dihasilkan bukan hanya dalam bentuk peningkatan ekonomi, tetapi juga pemberdayaan individu untuk mandiri dan berkarya. Dalam pandangan pribadi saya, pemberdayaan semacam ini merupakan langkah strategis yang berpotensi mengubah struktur sosial masyarakat, membuka peluang bagi terciptanya inovasi-inovasi baru dalam berbagai sektor.
Selain itu, saya meyakini bahwa penerapan nilai kearifan lokal dalam CSR merupakan wujud nyata dari integrasi antara tradisi dan modernitas. Program World Clean Up Day by Kahf Community Movement, misalnya, tidak hanya menangani masalah sampah plastik secara langsung, tetapi juga menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini dalam masyarakat. Pendekatan seperti ini, menurut saya, adalah contoh betapa bisnis dapat menjadi agen perubahan yang mendorong kelestarian alam sekaligus menginspirasi masyarakat untuk hidup lebih berkelanjutan.
Meskipun ada tantangan dalam mengukur dampak nilai-nilai abstrak seperti empati dan kebersamaan, saya berpendapat bahwa pendekatan holistik yang menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif dapat memberikan gambaran yang lebih utuh. Penelitian oleh Nurjanah et al. (2016) dan Wati & Mukhlis (2023) mendukung pandangan bahwa dengan pengukuran yang tepat, nilai-nilai budaya dapat diterjemahkan menjadi indikator keberhasilan yang jelas dan terukur.
Secara keseluruhan, saya meyakini bahwa integrasi nilai Siri’ na Pacce dalam CSR Paragon Makassar tidak hanya menciptakan keuntungan ekonomis, tetapi juga mengukuhkan hubungan emosional antara perusahaan dan komunitas. Pendekatan ini adalah cermin dari komitmen mendalam untuk menjadikan bisnis sebagai pendorong perubahan sosial yang positif dan berkelanjutan. Bagi saya, inilah paradigma bisnis yang ideal di era modern: menggabungkan inovasi, keberlanjutan, dan nilai-nilai luhur budaya lokal untuk menciptakan masa depan yang lebih harmonis.
Penulis: Andi Muh. Ichsan Nur Alam
Referensi:
Fauzi, M., & Wahidahwati. (2019). Implementasi CSR dan Pengaruhnya terhadap Komitmen Organisasi.
Felisia, & Limijaya, A. (2014). Triple Bottom Line and Sustainability. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar, 18(1).
Idris, R., Irfan, A. M., Asfar, T., Muhammad, A., Asfar, I. A., & Nurannisa, A. (2023). Siri’na Pacce: Transformasi Budaya Sosial Sebagai Kunci Peningkatan Kemampuan Komunikasi Generasi Z. CV. Eureka Media Aksara.
Nurjanah, N., Wirman, W., & Yazid, T. P. (2016). Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Komunikasi.
Saraswati, D. A., Sihombing, S. D., & Fajar, G. T. P. P. (2023). Implementasi Etika Bisnis: Benarkah CSR Hanya untuk Mendongkrak Citra Perusahaan Belaka? Oetoesan-Hindia: Telaah Pemikiran Kebangsaan, 5(2).
Wati, S. S., & Mukhlis, I. (2023). Peran Etika Bisnis dalam Mendorong Sustainability Perusahaan. Business and Investment Review, 1(6).
Winarno, W. A., & Sawarjuwono, T. (2021). Kritik atas Triple Bottom Line: Perspektif Memayu Hayuning Bawana. Akuntansi Multiparadigma, 12(1).
Wirazilmustaan, Nugraha, A., & Robuwan, R. (2019). Strategi Preventif Berbasis Sistem Good Corporate Governance dalam Memadukan Program CSR Berbasis. Prosiding Seminar Hukum dan Publikasi Nasional (Serumpun) I.
Posting Komentar untuk "Essai Bulan Februari: "Menyelami Kearifan Lokal Siri’ Na Pacce: Transformasi CSR di Paragon Makassar""