Essai Bulan April: "Dunia Maya Luka Nyata: Kesehatan Mental Sebagai Tantangan Remaja di Era Digital"

Dunia maya telah menjadi bagian penting dari kehidupan remaja di era digital yang semakin maju. Media sosial seperti TikTok, Instagram, dan X (Twitter) bukan hanya tempat hiburan mereka juga menjadi tempat interaksi sosial, pencarian jati diri, dan ekspresi emosi. Namun, ada fenomena yang mengkhawatirkan di balik konektivitas dan kemudahan mendapatkan informasi meningkatnya gangguan kesehatan mental di kalangan remaja. Tahun 2025 menunjukkan tren yang jelas remaja lebih cenderung mengalami depresi, kecemasan, dan perasaan tidak berharga, sebagian besar dipicu oleh interaksi online mereka.

Remaja di era digital hidup dalam budaya yang selalu terlihat. Mereka percaya bahwa untuk tetap relevan secara sosial, mereka harus tetap aktif di media sosial. Tekanan untuk tampil menarik, mengikuti tren, dan mendapat dukungan dari like, komentar, atau pengikut menimbulkan beban psikologis. Akibatnya, ketika remaja tidak mendapat respons yang mereka harapkan, mereka cenderung mengalami stres sosial, kecemasan, bahkan depresi.

Budaya perbandingan sosial adalah hasil utama dari media sosial. Remaja sering membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang sempurna di media sosial, yang menyebabkan mereka merasa rendah diri, tidak percaya diri, dan kebingungan identitas. Mereka berisiko memperburuk kesehatan mental mereka karena mereka mulai menilai harga dirinya berdasarkan standar eksternal yang tidak realistis.

Media sosial juga mempermudah perundungan online, atau cyberbullying. Komentar negatif, ejekan publik, atau penyebaran rumor dapat merusak perasaan. Korban cyberbullying sering mengalami trauma psikologis, menarik diri dari lingkungan sosial, dan bahkan berpikir untuk menyakiti diri sendiri. Dengan waktu layar yang meningkat dan keterlibatan remaja di dunia digital, fenomena ini akan semakin terjadi pada tahun 2025.

Banyak remaja tidak memiliki dukungan kesehatan mental atau pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan psikologis. Selain itu, kurangnya pengetahuan digital membuat mereka tidak mampu menetapkan batasan yang sehat pada penggunaan media sosial atau memfilter informasi negatif. Akibatnya, mereka semakin rentan terhadap dampak negatif dari dunia internet.


Penulis: Indah Rahmani Putri

                   

Posting Komentar untuk "Essai Bulan April: "Dunia Maya Luka Nyata: Kesehatan Mental Sebagai Tantangan Remaja di Era Digital""