Seringkali kita dihadapkan sebuah persoalan rumit yang susah untuk diselesaikan, ini bukan tentang ujian melainkan kita yang malas membaca karena dipengaruhi beberapa faktor. Kita telah dijebak oleh ilusi bahwa seseorang yang suka membaca adalah seorang kutu buku, padahal yang ingin dilatih ialah paradigma kita untuk reaktif bukan reflektif. Tingkat kesadaran kian banyak orang kurang berpikir mengenai pentingnya literasi, sebagian besar karena teknologi yang semakin meningkat membuat kita untuk acuh tak acuh dengan tingkat pikiran kita untuk menyelesaikan solusi.
Berdasarkan hasil dari riset atau bacaan, menurut survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada tahun 2022, tingkat literasi digital untuk generasi Z di Indonesia berada pada angka yang cukup yaitu 57,5% (Hidayat et al., 2023). Kemudian, urgensi pemahaman membaca di kalangan gerenerasi Z perlu kita perhatikan lebih lanjut, karena kemampuan ini akan menjadi alat ukur sejauh mana suatu negara dapat berkembang berdasarkan tingkat literasi. Selain itu, kreativitas dan kemampuan berkomunikasi juga menjadi aset utama bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Generasi Z lahir di tahun 1995 hingga 2012 sedang menghadapi masalah besar yang berhubungan dengan kemampuan literasi mereka di zaman digital sekarang. Tingginya paparan konten yang singkat dan gambar di media sosial bisa menganggu kebiasaan membaca yang mendalam serta pemahaman yang kritis (Belvar, 2024). Hal itu yang menyebabkan seseorang untuk tidak mampu mengatasi atau mengelola kebiasaan yang buruk tersebut. Hingga akhirnya, mereka tidak terlalu memikirkan dan mengetahui informasi diluar sana palsu atau benar mengenai masalah yang ada akibat kurangnya pengetahuan.
Membaca sebuah alur potensi untuk mencari tahu apa yang kita belum ketahui, keterampilan membaca membuat kita tahu apa yang mesti akan ditelusuri. Kemudian, di era digital ini sebenarnya banyak keberadaan informasi berlimpah yang bisa didapatkan, tetapi minat kita untuk merangsang informasi itu kurang. Sehingga, mereka hanya berasumsi kejadian yang sebenarnya terjadi, padahal akurasi informasi sangat bermanfaat untuk kita jadikan interpretasi pola pikir yang baik ketika kita banyak literasi.
Sebagaimana yang telah kita ketahui, berpikir kritis adalah suatu peningkatan kemampuan dalam membaca, menganalisis, menginterprestasi, dan menyampaikan ide-ide yang dimiliki (Anisa et al., 2021). Selanjutnya, akibat yang dapat ditimbulkan dari kurangnya literasi yang memiliki keterkaitan dengan paradigma kita adalah mempercayai setiap fenomena yang terjadi. Lantas, pilihan kita cuman dua yakni mau mengarah ke jalan yang benar atau jatuh ke jurang untuk mengikuti jalan yang salah.
Sampai kapan kita akan mengikuti jalan yang salah, seakan-akan literasi tidak ada gunanya, pandangan membaca seolah hanya penampakan semata. Hidup ini sebuah misteri yang menimbulkan hanya dua kenyataan yaitu kebenaran dan kebohongan, yakni ketika kita mempercayai informasi yang berlandaskan pada fakta maupun data dan kita mempercayai informasi yang tidak sesuai atau relevan dengan keberadaanya. Literasi itu baik untuk komunikasi tertulis dan menghubungkan setiap bait kata untuk memberikan informasi.
Sebagai generasi Z, jangan biarkan kebohongan mengikuti arus kita, maka langkah yang tepat untuk mengembangkan kebenaran adalah dengan ketekunan, kerajinan, dan konsistensi untuk membaca karena sejatinya membaca memberikan warna berarti di hidup kita. Ketika kita membaca setiap lembaran yang tertulis pada halaman buku maupun bacaan digital, pola pikir kita perlahan mulai terstruktur dan sistematis. Sehingga, sesudah kita selesai membaca kita akan mencerna suatu kata tersebut untuk mendapatkan sebuah data atau fakta yang reliabel.
Tetapi, pada dasarnya meskipun kita menerapkan hal itu. Perlu kita telaah lebih lanjut untuk mendapatkan sebuah kebaruan dari pemikiran membaca. Dari diri sendiri, melangkah menjadi generasi muda yang bermanfaat untuk orang lain dalam memberikan atau mendapatkan informasi. Jadilah orang yang berguna dan asah kemampuan potensi diri.
Penulis: Hardiyanti Dahlan
Referensi:
Anisa, A. R., Ipungkarti, A. A., & Saffanah, K. N. (2021). Pengaruh Kurangnya Literasi serta Kemampuan dalam Berpikir Kritis yang Masih Rendah dalam Pendidikan di Indonesia. Conference Series Journal, 01(01), 1–12.
Belvar, A. N. (2024). Problematika Keterampilan Membaca pada Generasi Z. 1(3), 195–204.
Hidayat, R., Sari, S. A., Juniati, D., & ... (2023). Analisa Angka Literasi Digital Pada Generasi Z. Seminar …, 2, 98–102. https://semnas.univpgri-palembang.ac.id/index.php/prosidingpps/article/view/424%0Ahttps://semnas.univpgri-palembang.ac.id/index.php/prosidingpps/article/download/424/311
Posting Komentar untuk "Essai Bulan Agustus: "Tersesat Di Labirin Pikiran, Pengaruh Literasi Minim Bagi Generasi Z""