Essai Bulan Mei: "TUGAS TANPA MAKNA: FENOMENA JOKI DAN RUNTUHNYA ETIKA MAHASISWA"

Di tengah kehidupan kampus yang menjadi ruang tumbuh dan belajar, hadir sebuah ironi yang kian nyata yaitu maraknya praktik joki tugas. Fenomena ini bukan sekadar bentuk kemalasan atau keputusasaan, tetapi cerminan dari krisis etika yang tengah menggerogoti nilai-nilai akademik mahasiswa. Tugas kuliah, yang seharusnya dirancang untuk melatih daya pikir dan tanggung jawab, kini berubah menjadi beban yang dipindah tangannkan demi nilai instan.

Banyak faktor yang mendorong mahasiswa menggunakan jasa joki tugas, seperti tekanan akademik yang datang bertubi-tubi sering membuat mahasiswa kewalahan. Di sisi lain, kurangnya kemampuan mengatur waktu juga menyebabkan tugas-tugas dikerjakan secara terburu-buru atau bahkan tidak dikerjakan sama sekali. Dalam kondisi ini, joki menjadi solusi instan yang dianggap menguntungkan. Sayangnya, banyak yang mulai menganggap ini hal wajar. Budaya yang penting lulus telah menggeser semangat belajar menjadi sekadar mencari nilai. Ketika kampus tidak cukup tegas dalam menindak praktik ini, ruang tumbuh mahasiswa pun makin sempit.

Penggunaan joki tugas jelas berdampak buruk, bukan hanya bagi individu mahasiswa, tapi juga dunia pendidikan secara keseluruhan. Integritas akademik menjadi hal pertama yang dikorbankan. Mahasiswa yang terbiasa menitipkan tugasnya akan kehilangan rasa tanggung jawab dan etos kerja, dua hal yang sangat penting dalam dunia nyata. Selain itu, kualitas lulusan pun dipertaruhkan. Ketika ijazah tidak lagi mencerminkan kompetensi, kepercayaan dunia kerja terhadap institusi pendidikan tinggi pun ikut tercoreng. Kampus bisa kehilangan marwahnya sebagai tempat mencetak intelektual yang beretika.

Menyelesaikan masalah joki tugas tidak cukup hanya dengan menghukum pelaku. Perlu pendekatan yang lebih menyeluruh, mulai dari penanaman nilai etika sejak awal perkuliahan, hingga desain tugas yang mendorong mahasiswa untuk berpikir, bukan sekadar mencari jawaban. Kampus juga bisa memberikan pelatihan manajemen waktu dan stress management untuk membantu mahasiswa mengelola beban akademiknya. Yang tak kalah penting, institusi perlu bersikap tegas terhadap pelanggaran akademik agar ada efek jera. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan mahasiswa kembali melihat tugas bukan sebagai beban, melainkan sebagai proses bertumbuh.

Fenomena joki tugas bukan hanya soal kecurangan akademik, tetapi gejala dari krisis etika yang harus segera diatasi. Jika dibiarkan, pendidikan tinggi hanya akan menghasilkan lulusan tanpa kualitas, tanpa karakter. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran kolektif dari mahasiswa, dosen, hingga institusi untuk mengembalikan marwah tugas sebagai media belajar, bukan sekadar formalitas.

“Mari membangun kembali budaya belajar yang jujur, bertanggung jawab, dan bermakna”


Penulis: Jumriah

Posting Komentar untuk "Essai Bulan Mei: "TUGAS TANPA MAKNA: FENOMENA JOKI DAN RUNTUHNYA ETIKA MAHASISWA""