Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami lonjakan signifikan arus modal dari China. Fenomena ini semakin menonjol setelah ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China memaksa banyak perusahaan Negeri Tirai Bambu mencari lokasi alternatif untuk menghindari tarif tinggi AS. Reuters (2025) melaporkan bahwa Indonesia menjadi salah satu destinasi utama investasi tersebut karena lokasinya yang strategis, kedekatan pasar, serta ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, khususnya nikel.
Data menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan China kini menguasai sekitar 75% kapasitas pengolahan nikel di Indonesia. Nikel, yang merupakan bahan baku utama baterai kendaraan listrik, menjadi komoditas vital bagi transisi energi global (Reuters, 2025). Dominasi ini memicu perdebatan di satu sisi, hal ini mempercepat industrialisasi Indonesia dan menciptakan lapangan kerja baru, namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran tentang ketergantungan berlebihan terhadap satu negara dan potensi kerentanan ekonomi.
Hubungan erat antara kedua negara juga terlihat dari intensitas diplomasi tingkat tinggi. Pertemuan antara Presiden Indonesia dan Perdana Menteri China pada pertengahan 2025 membahas rencana peningkatan kerja sama perdagangan, investasi infrastruktur, dan integrasi rantai pasok regional (AP News, 2025). Pertemuan ini menegaskan bahwa arus modal dari China bukan hanya fenomena pasar, tetapi juga bagian dari strategi geopolitik yang melibatkan hubungan bilateral dan kebijakan luar negeri.
Dampak investasi ini terhadap ekonomi Indonesia bersifat kompleks. Secara positif, masuknya modal asing memicu pembangunan infrastruktur, transfer teknologi, dan peningkatan ekspor. Namun, ada pula risiko terkait isu lingkungan, dominasi pasar oleh investor asing, dan potensi ketimpangan sosial di daerah tambang. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu merumuskan kebijakan yang tidak hanya menarik investor, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan kemandirian ekonomi nasional. Arus modal dari Negeri Tirai Bambu dapat menjadi berkah atau bumerang, tergantung padabagaimana Indonesia mengelola peluang dan risiko yang menyertainya. Di tengah dinamikageopolitik dan ekonomi global, kehati-hatian dan visi jangka panjang akan menentukan apakah“banjir modal” ini akan menjadi pondasi kemakmuran atau justru jebakan ketergantungan.
Penulis: Nurhalisa Rahmat
Daftar Pustaka
Reuters. (2025, 14 Agustus). Chinese investors eyeing Indonesia to avoid US tariffs, tap localmarket. https://www.reuters.com/world/china/chinese-investors-eyeing-indonesia-avoid-us-tariffs-tap-local-market-2025-08-14/
Reuters. (2025, 5 Februari). Chinese firms control around 75% of Indonesian nickel refiningcapacity. https://www.reuters.com/markets/commodities/chinese-firms-control-around-75-indonesian-nickel-capacity-report-finds-2025-02-05/
AP News. (2025, sekitar Juni–Juli). Indonesian President and Chinese Premier meet to discussexpanding trade.... https://apnews.com/article/51721a1c6f998faa979cfc83c7a5ce7b
Posting Komentar untuk "Essai Bulan Agustus: "Banjir Modal dari Negeri Tirai Bambu: Analisis Dampak Investasi China terhadap Ekonomi Indonesia""